MindMap Gallery A mind map of the internal elements of short story
This is a clear and concise mind map of short story, mainly explaining processes, complications, settings, perspectives, character adjustments, etc. Each content is further explained at several levels. A mind map is a visual thinking tool that is presented through the radioactive structure of a central idea or problem. It consists of themes, branches, and keywords, aiming to mimic the neural network structure of the human brain. This graphical approach helps promote memory, organize information, and stimulate creativity.
Edited at 2022-04-25 03:52:22Unsur intrinsik cerpen
Tema
Pernyataan : Cerpen ini bertemakan tentang perjuangan seorang seniman pemula yang berasal dari desa
Bukti : Bukti yang dapat kita peroleh dari cerpen yang berhubungan dengan tema tersebut menyatakan "Dukawan adalah seorang pengarung pemula berasal dari sebuah desa, ia mencintai seorang gadis di desanya dan ingin mengajaknya ke puncak ( Biran 2008,68)
Sub Topic
Penjelasan : Dukawan adalah pemuda yang berprofesi sebagai seniman dan lahir dan besar di sebuah desa kecil. Ini adalah kisah tentang kisah cinta dimana Dukawan jatuh cinta dengan seorang gadis cantik bernama Rina dan sangat ingin membawanya ke suatu tempat bernama Puncak, namun keluarga Rina tidak menyetujui hubungan mereka karena mereka menganggap Dukawan adalah orang yang sangat aneh karena pekerjaannya sebagai seniman
Amanat
Amanat yang disampaikan dalam Novel Kalau Bung Seniman, Jangan tinggal di Kampung adalah memberitahu pembaca bahwa tidak peduli siapa orang itu atau dari mana dia berasal dan apa yang dia lakukan sebagai mata pencaharian, sebagai manusia yang baik kita harus memiliki kebaikan untuk membantu. Bersabarlah juga karena orang bijak pernah mengatakan kepada saya bahwa seseorang akan mendapatkan kesempatan sukses jika mereka melakukan perbuatan baik dalam hidup mereka dan memperlakukan orang lain seperti Anda ingin diperlakukan. Masing masing orang punya bakat sendiri sendiri seperti bagaimana Dukawan sekarang tidak malu dengan pekerjaan atau bakatnya
Latar / Setting
Latar waktu
Cerita pertama terjadi di malam hari di halaman 69
Latar waktu berikutnya disebutkan di halaman 76 dimana saat itu sore hari
Latar tempat
Latar tempat berlangsung di halaman 77 di Pasar Senen, warung kecil bernama Warung Cina
Latar tempat berlangsung di halaman 76 di Ujung gang pasar Loak
Latar suasana
Suasana tegang : “Bagaimana mereka bisa mengerti walaupun saya terangkan kepada orang orang kampung itu?” katanya dengan suara yang betul betul menunjukkan kesulitan
Sub Topic
Suasana kemarahan : “Saya belum habis bicara tadi.” kata saya. “Teruskan, teruskan!” “Saya mau meminjam pakaian saya…” “Tidak!” jawabnya lesu sambil menundukan kepalanya. Jelas Ia merasa tersinggung sekali
Suasana bahagia : “Disodorkannya selembar majalah yang dilipat terbuka pada bagian yang memuat tulisan Dukawan. Hampir saya berteriak gembira melihatnya.
Alur - Penyelesaian
Pernyataan : Biran memberikan pesan yang sangat menyentuh hati kepada Dukawan yang mengatakan bahwa uang dan harta tidak bisa membuat seorang gadis tinggal bersamamu selamanya, tapi usaha bisa. Bukti : “Nyatakan cinta Bung itu dengan kesanggupan yang ada pada Saudara, mengarang. Kesanggupan yang pasti lebih daripada si Achmad yang kepalanya kosong itu. Dengan uang seratus ini, belilah kertas dan karbon ketengan dan pita mesin tik. Bikin cerita atau sajak. Persembahkan kepada kekasih itu.”Penjelasan : Biran adalah orang yang sangat bijaksana, dia memberi Dukawan nasihat lagi tetapi kali ini tidak memintanya untuk meminjam pakaiannya tetapi lebih tentang cinta dan kasih sayang lebih besar daripada uang dan harta
Pernyataan : Dukawan menyatakan bahwa Rina tidak ingin bersamanya, dan Biran akan membantunya menjadi pengarang yang lebih baik. Bukti : “Memang, saya tidak boleh mundur hanya karena si Rina tidak mau sama saya. Bung benar, masing masing orang punya bakat sendiri-sendiri, betul. Mau menolong saya?”. Penjelasan : Setelah sebulan berlalu, Dukawan bertemu lagi dengan Biran dan mengungkapkan bahwa dia tidak lagi bersama pacarnya dan menyadari bahwa tidak ada seorang pun termasuk penduduk desa yang dapat menghentikannya untuk menjadi dirinya.
Alur - Anti Klimaks
Pernyataan : Dukawan kemudian benar-benar meminta bantuan Biran untuk membantu menjual sepatu dan celana wolnya yang dapat menyebabkan untung dari menjualnya. Bukti : “Saya punya sepasang sepatu dan satu celana wol yang jarang sekali ada gunanya buat saya. Tolong kau jualkan ke tukang loak. Saya mau menjualnya.”“Saya kira akan laku semua itu seratus perak. Cocok dengan ongkos yang diperlukan.”Penjelasan : Untuk pergi ke puncak liburan dan memenuhi harapan uang, dia memutuskan untuk menjual sepatu dan celana wolnya dan meminta Biran untuk membantunya.
Pernyataan : Biran kemudian meminta bantuan lagi yaitu tukang becak yang disebut SarpanBukti : “Besok sorenya saya suru si Sarpan, tukang becak kenalan saya untuk membawa celana wol dan sepatu Dukawan ke pasar loak di Gang Jagal. Saya menunggu saja di ujung gang.”Penjelasan : Biran juga sedikit malu, jadi dia meminta tukang becak di dekatnya untuk melakukan perintahnya dan membayarnya untuk membantu.
Pernyataan : Setelah menjumlahkan semua harta dan harta Dukawan, harga seluruhnya menjadi Rp. 97,50. Bukti : “Semua harta benda Dukawan laku Rp. 97,50. Saya beri Sarpan seringgit sebagai upah. Lalu saya tambah dari kantong sendiri Rp5, maka genaplah jumlah yang dibutuhkan.” Penjelasan : Setelah menjual sepatu dan celana wolnya, mereka menghitung uang yang mereka hasilkan yaitu Rp. 97,50.
Alur - Klimaks
Pernyataan : Saran kedua yang sebenarnya diberikan Biran kepada Dukawan adalah berpakaian yang pantas dan mewah, dan Dukawan sebenarnya cukup tersinggung dan dia tidak menerima sarannya dengan baik. Bukti : “Pakailah baju yang….”Tak kalimat ini saya selesaikan.”“Saya mengerti! Saya tidak punya pakaian bagus. Dan saya tidak may ia cinta kepada saya karena pakaian saya.”Penjelasan : Biran berpikir pada dirinya sendiri bahwa mungkin alasan mengapa orang tua pacar tidak menyetujui mereka adalah karena penampilan dan pandangan teman-temannya, jadi dia bertanya apakah dia ingin menggunakan pakaiannya
Pernyataan : Biran sangat ingin membantu Dukawan dan menawarkan untuk meminjamkan beberapa pakaiannya yang lebih mewah, dan Dukawan menjadi semakin marah.Bukti : “Saya mau meminjam pakaian saya….”“Tidak, jawabnya lesu sambil menundukkan kepala. Jelas ia merasa tersinggung sekali.”“Maksud saya,” saya sedia menolong. Bicaralah terus terang pada gadis itu agar jelas. Saya mau menolong kalau diperlukan.” Penjelasan : Dukawan merasa tidak nyaman dan tidak ingin ada hubungannya dengan pakaian mewah Biran, dia ingin pacarnya mencintainya karena dia dan bukan karena pakaian yang dikenakannya.
Pernyataan : Dukawan pengen banget ajak Rina ke tempat yang namanya PuncakBukti : “Minggu depan dia akan diajak ke Puncak oleh si Achmad, pemuda otak kosong yang sekadar punya motor itu. Saya juga harus sanggup mengajaknya ke Puncak! Kenapa tidak? Berapa kira kira ongkos jalan ke Puncak?”Penjelasan : Dukawan lalu mengungkapkan kalau ada pria lain yang mau ajak pacarnya ke Puncak, dan dia tidak mau kalah dengan nya
Pernyataan : Biran menyarankan jika mereka memutuskan untuk pergi ke Puncak mereka harus menghemat uang dan ngirit dan menyarankan agar mereka naik transportasi termurah yaitu bus.Bukti : “Begini, Bung, ada jalan.” kata saya. Ia hanya melirik sedikit saja, kalau naik bus barang sekali bisa dikejar juga ongkosnya. Makanan, Saudara bawa saja dari rumah.” Penjelasan : Namun karena masalah uangnya, dia mencoba berlibur dengan cara termurah menyarankan untuk menggunakan bus
Alur - Komplikasi
Pernyataan : Tokoh utama Dukawan tinggal di sebuah desa kecil. Diceritakan bahwa sangat berat baginya untuk memberitahu semua warga desanya bahwa Ia bekerja sebagai seniman. Bukti : “Sedangkan saya yang mencari inspirasi setengah mati, termenung-menung di kebun belakang, mereka katakan pengangguran, sinting, kurang waras”. “Malah ada yang mengira bahwa saya belajar ilmu sihir, tetapi tidak kesampaian….” Penjelasan : Dukawan terus menceritakan sisi kisahnya kepada Biran dan bagaimana dia dianiaya oleh semua penduduk desa, bahkan berpikir bahwa dia ahli ilmu hitam.
Pernyataan : Dukawan kemudian diceritakan bahwa Dukawan mempunyai pacar bernama Rina, namun keluarga dan orang tuanya tidak menyetujui hubungan mereka karena status pekerjaan Dukawan. Bukti : “Saya punya pacar di kampung tempat tinggal saya. Orang Tua si gadis terlalu menganggap sepele pada saya.” “Orangtuanya yang pertama-tama menganggap saya ini OKD, dan menyiar nyarkannya kepada tetangga.”Penjelasan : Masalah Dukawan tidak berhenti di situ, dia juga memiliki masalah dengan pacarnya, terutama orang tuanya
Pernyataan : Setelah itu, Biran pria yang dikenal besar hati itu memberikan nasehat yang sangat bijak kepada Dukawan. Bukti : “Sering-sering jumpai gadis itu, jeksi terus agar tidak kena pengaruh orang lain yang bodoh bodoh itu. Ada kesempatan tidak untuk sering-sering ketemu dan bicara?” Penjelasan : Setelah mendengar masalah cinta Dukawan, Biran memberanikan diri untuk bertanya tentang hubungan mereka dan seberapa dekat mereka, dengan cara itu dia bisa membantu.
Alur - Orientasi
Pernyataan : Biran dan Dukawan pertama kali bertemu di warung kue putu merek “Cirebon” yang menetap dekat teng bensin di Pasar Senen. Bukti : “Kalau Bung seorang seniman, jangan tinggal di kampung, kata seorang pemuda dengan penuh kesungguhan. Pemuda itu belum pernah saya kenal….” Penjelasan : Sepertinya mereka bertemu di luar desa dan membuat hubungan yang nyata dan saling memberikan kenyamanan dan nasihat. Dukawan karena mengalami masalah dengan status pekerjaannya, maka ia menyatakan kalimat "Kalau Bung seorang seniman, jangan tinggal di kampung" kepada Biran
Pernyataan : Terlihat bahwa Dukawan sebenarnya adalah seorang pengarang sebagai pekerjaannya dan juga berasal dari desa nya. Bukti : “Saudara seniman, ya?” “Pengarang,” jawabnya . Penjelasan : Ketika Biran ditanya tentang pekerjaan pekerjaan Dukawan, dia menyatakan bahwa dia sebenarnya seorang pengarang
Pernyataan : Dukawan kemudian curhat dan menceritakan kisah sedihnya kepada Biran. Bukti : “Bagaimana saya bisa menjelaskan kepada mereka, bahwa pekerjaan seorang seniman tidak sama dengan pegawai-pegawai biasa yang pernah mereka kenal?......” Penjelasan : Dukawan dan Biran cocok dan Dukawan menceritakan kisahnya dan perjuangan yang dia hadapi saat ini dengan status pekerjaannya dan bagaimana desa melihatnya sebagai orang aneh
Sudut pandang
Setelah membaca keseluruhan cerpen, saya menyadari bahwa sudut pandang sebenarnya menggunakan sudut pandang orang pertama di mana narator mengacu pada dirinya sendiri dengan menggunakan kata “Aku” atau “Kami” dalam menjelaskan situasi cerita.
Tokoh & Penokohan
Dukawan : Dukawan adalah seorang laki laki pemuda yang berprofesi sebagai pengarang, Ciri khas yang membuat karakternya berdiri tegak adalah ia adalah seorang pekerja keras
Biran : Dia adalah orang yang memiliki hati yang sangat besar dan peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Dia juga yang suka menasehati Dukawan dan sering mendengarkan curhat nya
Sarpan : Sarpan adalah salah satu tokoh sampingan dari novel ini, dan ia dikenal sebagai tukang becak yang membantu Biran
Rina : Rina adalah wanita muda cantik yang menarik perhatian Dukawan, dia adalah gadis yang sangat disukai karakter utama, meskipun anggota keluarganya menganggap Dukawan bukan pria yang tepat
Jocelyn Kho 9M
Sub Topic
Sub Topic