MindMap Gallery Biological Control Strategies
In the realm of pest management and ecosystem balance, biological control emerges as a sustainable and eco-friendly approach. This mind map is a visual exploration of the multifaceted strategies employed in biological control, showcasing the diverse methods used to regulate pests and enhance agricultural and environmental sustainability.
Edited at 2023-11-08 12:59:52PENGENDALIAN HAYATI
BAB I (Pendahuluan)
Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman di Indonesia. Dimana hama dan penyakit ini dianggap sebagai permasalahan utama dalam sistem produksi pertanian yang dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 30%/tahun. Hal ini dibutuhkan upaya untuk mengendalikan hama dan penyakit agar tidak memberikan dampak yang merugikan hasil panen. Adapun upaya penanganannya yaitu menggunakan berbagai jenis bahan kimia seperti pestisida, insektisida, fungisida dan bakterisida.
Adapun penjelasan dari berbagai jenis bahan kimia di atas adalah : Pestisida, dimana pestisida merupakan bahan kimia atau zat yang digunakan untuk mengendalikan atau membunuh organisme yang dianggap sebagai hama, seperti serangga, gulma, jamur atau oragnisme lain yang dapat merusak tanaman, hewan atau lingkungan. Kemudian insektisida, dimana insektisida merupakan jenis pestisida yang dirancang khusus untuk mengendalikan dan membunuh serangga yang dianggap sebagai hama, dan insektisida ini digunakan untuk melindungi tanaman, hewan ternak dan properti dari serangan serangga yang dapat merusak. Lalu fungisida, dimana fungisida merupakan jenis pestisida yang digunakan untuk mengendalikan atau membunuh jamur yang dapat merusak tanaman, dan fungisida ini digunakan untuk melindungi tanaman dari penyakit jamur yang dapat mengurangi hasil panen. Terakhir bakterisida, dimana bakterisida merupakan jenis pestisida yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan pertumbuhan bakteri. Pestisida ini biasa digunakan dalam bidang kesehatan dengan tujuan untuk mengontrol bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit atau kontaminasi.
BAB II (Pengendalian Secara Kultur Teknis)
Pengendalian secara kultur teknis merupakan tindakan preventif, dilakukan sebelum serangan hama terjadi dengan sasaran agar populasi tidak meningkat hingga melebihi ambang ekonomi. Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu menanam varietas tahan, mengatur pengairan, mengatur jarak tanam Legowo dan merendahkan pematang.
Penggunaan varietas tahan penyakit adalah cara pengendalian yang mudah, murah, aman dan efektif. Dalam pengendalian ini dapat dimplementasikan melalui pemilihan varietas, penggunaan bibit bermutu, pengairan tanaman serta menerapkan budidaya yang tepat. Kemudian mengatur pengairan, dimana dalam hal ini dapat membantu pengaturan ketersediaan air dikarenakan curah hujan yang tidak cukup sehingga air dapat tersedia secara optimal. Lalu mengatur jarak tanam Legowo, dimana sistem pola tanam jajar Legowo memiliki keuntungan yaitu tanaman yang berada di bagian pinggir dapat mendapatkan sinar matahari yang maksimal serta memberikan produktivitas tanaman yang lebih unggul. Adapun jarak tanam yang baik adalah berkisar 20 cm x 20 cm pada pola jajar Legowo 3 : 1. Terakhir merendahkan pematang, dimana pematang ini dibuat tidak terlalu tinggi yang bertujuan untuk mengendalikan populasi tikus dan juga tikusnya tidak lagi membuat suatu sarang.
BAB III (Pengendalian Secara Fisik)
Pengendalian secara fisik adalah pengendalian yang dilakukan dengan melakukan aktivitas khusus untuk mengendalikan hama yang meliputi penanaman lampu perangkap dan pengumpulan telur penggerek batang.
Adapun penjelasan dari pengendalian hama tersebut yaitu dimana lampu perangkap ini merupakan sebuah alat yang dibuat untuk memerangkap serangga dengan cara memikatnya dengan cahaya lampu. Dimana alat ini ditancapkan di sawah untuk merangkap serangga misalnya imago penggerek batang. Oleh karena itu lampu perangkap adalah salah satu alat untuk mengendalikan populasi penggerek batang. Lalu melakukan pengumpulan telur penggerek batang, dimana cara ini dilakukan dengan mengumpulkan langsung telur penggerek batang kemudian diteteskan di dalam laboratorium dan larva penggerek batang ini dibunuh sedangkan serangga atagonis dilepaskan jika ada.
BAB IV (Pengendalian Dengan Agens Hayati)
Pengendalian dengan agens hayati adalah pengendalian hama dan penyakit menggunakan setiap organisme yang dalam dimana seluruh tahap perkembangannya dapat digunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dalam proses produksi, pengolahan hasil pertanian serta berbagai keperluannya.
Adapun beberapa cara pengendalian agens hayati antara lain : 1. refugia, dimana penanaman refugia ini merupakan upaya rekayasa ekologi untuk pengendalian hama dengan menyediakan mikrohabitat uang disukai oleh musuh alami hama tanaman. Pemanfaatan refugia tersebut dapat mendorong konservasi musuh alami seperti predator.
Adapun jenis-jenis tanaman yang berpotensi sebagai refugia antara lain : tanaman berbunga, gulma berdaun lebar, tumbuhan liar yang ditanam atau yang tumbuh sendiri di areal pertanaman dan sayuran.
Terdapat kriteria tanaman yang berpotensi sebagai tanaman refugia yaitu : tanaman tidak disukai oleh hama, tanaman memiliki nilai ekonomis bagi petani dan tanaman dapat tumbuh dalam budidaya minimum.
Contoh tanaman yang dijadikan sebagai refugia yaitu bunga matahari, bunga kenikir dan bunga kertas. Contoh gulma yang dijadikan sebagai refugia yaitu bandotan, ajeran, dan bunga tahi ayam. Contoh sayuran yang dijadikan sebagai refugia yaitu kacang panjang, jagung dan kacang hijau.
Pemanfaatan refugia dapat diterapkan di lahan basah maupun lahan kering. Terdapat manfaatnya antara lain : untuk mengendalikan hama secara ilmiah dengan menyediakan mikrohabitat yang sesuai untuk musuh serangga alami dan mengurangi biaya usaha tani untuk pengendalian hama sehingga keuntungan petani dapat meningkat dan lingkungan terjaga.
7. Pupuk kompos, penggunaan pupuk anorganik dirasa lebih praktis dari segi pengaplikasiannya pada tanaman, jumlah takarannya jauh lebih sedikit dari pupuk organik serta relatif lebih murah
Kompos adalah bahan-bahan organik yang telah mengalami proses pelapukan karena terjadi interaksi antara mikroorganisme atau bakteri pembusuk yang bekerja di dalam bahan organik tersebut.
Bahan organik yang dimaksud adalah rumput, jerami, sisa ranting dan dahan, kotoran hewan, bunga yang rontok, air kencing hewan ternak dan lain-lain.
Kelebihan pupuk organik yaitu tidak memiliki kandungan zat kimia yang tidak alami sehingga lebih aman dan sehat bagi manusia.
Pupuk kompos adalah salah satu pupuk organik yang sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kuaitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan,
Kualitas fisik kompos yang dihasilkan memberikan gambaran kemampuan masing-masing agen dekomposer dalam mendekomposisi materi organik pada sampah. Adapun tekstur kompos yang baik jika bentuk akhirnya sudah tidak menyerupai bentuk bahan, karena sudah hancur akibat penguaraian alami oleh mikroorganisme yang hidup di dalam kompos.
6. Pupuk Organik Cair, berdasarkan strukturnya ada 2 jenis pupuk organik yaitu berupa padat dan cair
Pupuk organik cair berupa larutan yang berasal dari hasil pembusukan bahan organik baik dari sisa tanman, limbah agroindustri, kotoran hewan, maupun kotoran manusia.
Penggunaan pupuk organik cair fapat meningkatkan kesuburan tanah yang dirusak oleh pupuk anorganik. Selain itu, unsur hara yang terdapat di dalam pupuk organik lebih cair dan mudah diserap oleh tanaman.
Menurut Nur terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses pepmbuatan pupuk organik antara lain C/N pada bahan yang merupakan hasil perbandingan antara karbon dan nitrogen. Lalu ukuran bahan dimana bahan yang berukurann lebih kecil akan lebih cepat proses pengomposannya karena semakin luas bahan yang tersentuh dengan bakteri. Kemudian komposisi bahan dimana dalam hal ini ada yang menambahkan bahan makanan yang dibutuhkan mikroorganisme dan ada juga yang mikroorganisme yang mendapatkan dari luar. Lalu jumlah mikroorganisme dimana dengan bertambahnya jumlah mikroorganisme diharapkan proses pepmbuatan pupuk organik akan lebih cepat
5. Pestisida nabati dimana pengembangan pestidida nabati memiliki beberapa kelebihan antara lain ramah lingkungan, murah, mudah didapat, tidak meracuni tanaman, tidak menimbulkan resistensi hama, mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman, kompatibel digabung denan pengendalian lain yang menghasilkan produk pertanian yang bebas residu pestisida.
Ada juga kelemahannya yaitu daya kerjanya relatif lambat, tidak membunuh hama target secara langsung, tidak tahan terhadp sinar matahari, kurang praktis, tidak tahan lama disimpan dan kadang-kadang harus disemprot ulang.
Bahan aktif pestisida nabati adalah produk alam yang berasal dari tanaman yang memiliki kelompok metabolit sekunder yang mengandung senawa bioaktif seperti alkaloid, terpenoid, fenolik dan zat-zat kimia sekunder lainnya.
Upaya mengurangi dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia, yaitu dengan upaya perlindungan tanaman sayuran yang dilakukan dengan berbasis pada pengelolaan ekosostem secara terpadu dan berwawasan lingkungan.
Menurut Astuti terdapat beberapa jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati yaitu bandotan dimana bagian yang digunakan yaitu dalah daun. Lalu bawang merah, dimana bagian tanaman yang digunakan adalah umbinya. Kemudian cengkeh, dimana bagian yang digunakan yautu bunga, tangkai bunga dan daun. Lalu tembakau, dimana bagian yang digunakan adalah batang dan daunnya dan juga dapat digunakan sebagai insektisida,fungisida dan lain-lain.
4. Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR), pertumbuhan akar yang tidak normal tidak dapat menyerap air dan unsur hara dengan optimal dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut.
Upaya untuk menjaga daya perkecambahan bibit adalah melalui pemberian PGPR sebagai zat pemacu pertumbuhan alami yang dimanfaatkan bakteri rhizosfer
Adapun kelompok bakteri dari PGPR yaitu Azotobacter, Bacillus, Beijerinckia, Burkholderia, Pseudomonas, Enterobacter, Erwinia, Flavobacterium, Rhizobium dan Serratia.
PGPR berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman yaitu sebagai perangsang pertunbuhan dengan mensintesis dan mengatur konsentrasi berbagai zat pengatur tumbuh seperti giberellin, asam indo asetat, etilen dan sitokin sebagai penyedia hara dengan mengikat nitrogen di udara secara asimbiosis dan melarutkan hara dalam tanah dan sebagai pengendali patogen tanah dengan cara menghasilkan berbagai metabolit anti patogen salah satunya sianida.
PGPR memiliki beragam mekanisme dalam memacu pertumbuhan tanaman antara lain : memfiksasi nitrogen dari udara dan meningkatkan pengambilan air dan nutrisi.
Salah satu serangan hama yang dapat dikendalikan oleh PGPR adalah serangan ulat gerayak (Spodoptera litura F)
3. Beauveria bassiana dimana jamur ini diisolasi dari tanah ataupun serangga yang terinfeksi di lapangan serta dapat persisten di dalam tanah beberapa tahun terutama jika propagulnya menginfeksi inang yang peka.
Misalnya penggunaan media jagung dan beras untuk perbanyakan jamur entomopatogenB. bassiana menghadapi kendala karena memingkatnya permintaan dari konsumen sebagai bahan pokok. Oleh sebab itu, diperlukan solusi untuk mencari bahan tambahan sebagai media perbanyakan jamur dengan kandungan nutrisi yang masih bisa menunjang pertumbuhan jamur B. bassiana. Dimana faktor penentu pertumbuhan dari virulensi jamur-jamur entomopatogen, karena laju perkecambahan, pertumbuhan dan sporulasi adalah indikator tingkat virulensi.
2. Trichoderma sp. yang merupakan mikroorganisme tanah yang bersifat saprofit yang secara alami menyerang cendawan patogen dan bersifat menguntungkan bagi tanaman. Dimana cendawan Trichoderma sp. ini dapat dimanfaatkan sebagai agens hayati pengendali patogen tanah dan cendawan ini dapat berkembang biak dengan cepat pada daerah perakaran tanaman.
Menurut Djafaruddin terdapat jenis-jenis Trichoderma yaitu Trichoderma harzianum dimana cendawan ini hasil isolasi dari tanah tanaman sayura contohnya sawit koloninya dalam medium tumbuh cepat dan membentuk daerah melingkar warna hijau terang dan gelap. Lalu Trichoderma viride dimana cendawan ini hasil isolasi dari tanah sayuran bayam termasuk jamur uii. Kemudian ada Trichoderma pseudokoningii dimana cendawan ini memiliki kinidiofor yang lurus, diujung konidiofor seperti sikat yang tebal dengan sistem percabangan yang dihubungkan oleh fialid yang lonjong, konidia berwarna merah jambu atau hijau yang dihasilkan dalam masa padat fialid.
Kemampuan masing-masing spesies Trichoderma sp. dalam mengendalikan cendawan patogen berbeda-beda, hal ini dikarenakan morfologi dan fisiologinya berbeda-beda.
Trichoderma sp. adalah jenis jamur yang tersebar luas di tanah dan memiliki sifat mikoparasitik dan mekanisme antagonisme jamur Trichoderma sp.
Dalam sifat tersebut meliputi terjadinya kompetisi nutrisi atau sesuatu yang lain dalam jumlah terbatas namun tidak diperlukan oleh OPT, lalu antibiosis sebagai hasil dari pelepasan antibiotika atau senyawa kimia yang lain oleh mikroorganisme dan berbahaya bagi OPT dan predasi, hiperparasitisme serta mikroparasitisme.